Tasawuf dalam Etika Lingkungan: Sebuah Renungan dalam Kajian Sains dan Islam

“Pada siang hari, terlihat sekelompok orang sedang berusaha menggunduli hutan dengan membabat habis semua pohon dengan alasan akan didirikannya suatu lembaga industri baru”

Tasawuf dalam Etika Lingkungan: Sebuah Kajian Sains dan Islam Halimatus Sa’diyah

Teks di atas termasuk upaya merusak keseimbangan lingkungan dengan menebang hutan. Di mana semua makhluk hidup, baik tumbuhan dan hewan yang ada di dalam hutan kehilangan tempat tinggalnya.

Bahkan bukan hanya itu, masih banyak bentuk contoh kegiatan manusia yang dapat membahayakan keseimbangan lingkungan seperti penggunaan pestisida berlebihan, membuang sampah sembarangan, dll.

Terlebih lagi di zaman yang semakin maju tingkat kerusakan lingkungan ikut naik, baik kerusakan yang berasal dari alam sendiri atau disebabkan oleh aktivitas manusia.  Selain itu, faktor pendorong yang menyebabkan kerusakan lingkungan merupakan kurangnya kesadaran dalam hal kekuatan spiritual. Karena di saat lemahnya agama seseorang, mudahlah bagi mereka lalai terhadap kodratnya sebagai kholifah di muka Bumi. 

Hilangnya kesadaran sebagai kholifah mengakibatkan manusia terlalu mementingkan keuntungan pribadi ketimbang kepentingan social. Acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar yang akan mengakibatkan kerusakan bahkan kehancuran di Bumi.

Penanaman etika yang pertama kali menjadi fokus pembinaan adalah membersihkan hati, menyadarakan manusia bahwa segala apa yang ada dunia adalah titipan Allah SWT yang harus di jaga. Mendekatkan diri pada-Nya adalah sebuah upaya menumbuhkan rasa cinta (mahabbah) yang nantinya akan membuat hati semakin bersih. Dari segi batin yang bersih inilah akan menghasilkan akhlak mahmudah (perilaku tidak tercela) baik akhlak kepada tuhan, sesama manusia dan alam.

Menumbuhkan rasa cinta (mahabbah) kepada tuhan di kenal dalam dunia tasawuf, di mana diajarkan bahwa Allah SWT adalah subjek tertinggi dalam segala hal. Dengan demikian, Mampu memberikan gambaran pada manusia atas kebesaran Allah SWT.

Maka perlulah adanya kekuatan spiritual dalam mengatasi masalah kerusakan alam. Berikut merupakan beberapa prinsip etika lingkungan yang dikaitkan dengan tasawuf.

Kasih Sayang terhadap Alam 
Manusia sadar akan dirinya sebagai seorang kholifah, kasih sayang yang diwujudkan dengan rasa kepedulian dan tanggung jawab dalam mengelola apa yang ada di Bumi. Karena mereka sadar bahwa Bumi yang diciptakan oleh tuhan adalah sebuah anugerah yang harus dijaga. Di dalam tasawuf, bentuk kasih sayang terhadap alam bisa didapatkan dari hati yang bersih. Proses seorang manusia tidak merusak lingkungan merupakan sebuah implementasi akan sadarnya bahwa alam merupakan anugerah bagi dirinya oleh tuhan. Sehingga adanya kesadaran bahwa segala yang ada di alam ini sebagai wujud ilahi, maka muncullah keseganan kita merusak alam. Bahkan kita merasa sangat mencintai alam yang didapatkan akibat kesadaran sufistik manusia.

Menghargai Alam 
Cara menghargai alam dengan merasa bahwa manusia sebenarnya merupakan bagian dari alam.  Dengan adanya sifat menghargai, manusia diharapkan memberikan hak alam untuk dirawat dan dijaga. Selain itu menghargai alam sama dengan menghargai Allah SWT. Karena sesungguhnya alam dan seisinya adalah ciptaan Allah SWT sendiri, yang merupakan bentuk cermin illahi yang menunjukkan betapa Esanya Allah SWT.

Kesetaraan Sebagai Ciptaan Tuhan 
Dalam tasawuf, yang dimaksud kesetaraan memiliki pengertian memandang manusia dan alam sama-sama makhluk ciptaan tuhan. Sehingga manusia dilarang untuk mengeksploitasi alam. Sebagai contoh, manusia mengeruk kekayaan alam berlebihan, hal tersebut sangat merugikan makhluk lain seperti tumbuhan dan hewan terancam tidak mampu melangsungkan kehidupannya.

Integral Moral
Berbicara mengenai integritas moral tidak boleh pandang bulu, baik peguasa atau rakyat biasa di pandang sederajat. Dalam hal ini, pemerintah ikut serta dalam mengatur alam. Kegunaan integritas moral sendiri untuk memberikan tolak ukur dalam berinteraksi sesama manusia. Karena unsur kemajemukan dari masyarakat sendiri bukan mustahil akan terjadi perpecahan umat yang akan berakibat membahayakan alam.

Empat prinsip tersebut merupakan etika yang diharapkan mampu meminimalisir kerusakan lingkungan yang terjadi di Bumi. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa manusia di zaman sekarang cenderung meninggalkan nilai-nilai spiritual dan beralih pada pandangan sains modern.

Dengan adanya pemahaman kembali pada kearifan tradisional, bahwasannya manusia tidak akan pernah lepas dari aspek spiritual. Di mana manusia hanya akan bertingkah laku sesuai keadaan batinnya. 

Tentunya diharapkan mampu melahirkan generasi modern yang memiliki intelektual dan spiritual yang tinggi sebagai kholifah di muka Bumi. Semoga artikel ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia. Aamiin.

Penulis: Halimatus Sa’diyah (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Binar Kurnia Prahani

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel