5 Asas Antropologis

Mengapa Manusia Memerlukan Pendidikan?

5 Asas Antropologis

Manusia memiliki ciri khas yang berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Setiap manusia yang lahir ke dunia dibekali dengan akal dan pikiran. Hal ini yang membuat manusia memiliki derajat paling tinggi di anatara ciptaan Tuhan lainnya. Akal dan pikiran manusia inilah yang dapat membuat manusia berusaha untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia. Namun sebelumnya akal dan pikiran manusia ini perlu dilatih. Melalui pendidikan lah manusia mengolah karunia Tuhan tersebut menjadi suatu nilai yang berharga. 

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses mengembangkan semua aspek kepribadian manusia dalam usaha mendewasakan manusia tersebut melalui pengajaran dan pelatihan. Pendapat lain menyebutkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya agar anak tersebut dapat hidup mandiri. 

Manusia disebut “Homo Sapiens” yang berarti makhluk yang mempunyai kemampuan untuk mencari ilmu dan pengetahuan. Manusia memiliki insting untuk ingin mencari tahu segala sesuatu di sekelilingnya. Berawal dari rasa ingin tahu inilah timbul ilmu pengetahuan. Dalam hidupnya, manusia sebagian digerakkan oleh keinginan untuk mencapai sesuatu, sebagian lainnya oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Hal ini yang menuntut manusia untuk terus bergerak dalam memenuhi hidupnya.

Manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan eksistensinya. Manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya. Ia harus tau menjadi apa atau menjadi siapa ia nantinya. Bereksistensi berarti merencanakan, berbuat, berubah, dan menjadi sehingga setiap saat manusia dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaannya. Dalam hal ini, manusia terus berkembang dalam roda kehidupannya. Ia akan belajar dari kesalahan sebelumnya agar tidak terulang kembali di masa depan.

Manusia dalam prosesnya lahir ke dunia memerlukan uluran tangan orang lain. Dalam keadaan susah, manusia akan membutuhkan pertolongan lain. Begitu pun ketika manusia itu meninggal dunia. Ia tidak mungkin menggali kuburannya sendiri. Dalam kaitannya, manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia perlu bersosialisasi dengan sesamanya. Dalam hal ini, manusia perlu belajar bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesamanya.

Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk menjadi manusia, ia diciptakan dalam susunan yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia yang seutuhnya. Namun demikian, dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandung berbagai kemungkinan. Manusia berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu, manusia memerlukan bimbingan untuk dapat menjadi manusia yang dapat diterima oleh masyarakat.

M.J. Langeveld (1980) dalam studi fenomenoloisnya menyatakan bahwa "manusia itu sebagai animal educandum, dan ia memang adalah animal educabile". Jika kita mengacu kepada penjelasan sebelumnya tentang sosok manusia dalam kebutuhannya atas pendidikan, ada 5 asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik atau dapat dididik, yaitu (1) potensialitas, (2) dinamika, (3) individualitas, (4) sosialitas, dan (5) moralitas.

1. Potensialitas

Manusia memiliki potensi yang memungkinkan ia menjadi manusia, tetapi untuk itu ia memerlukan pendidikan. Contohnya dalam aspek kesusilaan manusia diharapkan mampu bertingkah laku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Dalam hal ini manusia memiliki potensi berbuat baik yang perlu didik.

2. Dinamika

Manusia selalu gerak aktif baik dalam aspek fisiologis maupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal baik dalam rangka interaksi atau komunikasinya secara horizontal (manusia dengan manusia) maupun vertikal atau transcendental (manusia dengan Tuhan). Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu manusia agar menjadi manusia ideal. 

3. Individualitas

Setiap individu memikiri kedirisendirian (subjektivitas) dimana ia berbeda dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. Sebagai individu ia tidak pasif, melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya. Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya sendiri. 

4. Sosialitas

Sebagai makhluk sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan ini akan terjadi hubungan timbal balik anatar manusia. Setiap individu akan menerima pengaruh dari individu lainnya. Hal ini berarti manusia memliki kemungkinan untuk dididik sebagai upaya pemberian pengaruh pendidikan yang disampaikan melalui interaksi atau komunikasi antar sesama manusia.

5. Moralitas

Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan tidak baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tanggung jawabnya (aspek moralitas). Pendidikan hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu yang ada di masyarakat. Manusia diarahkan untuk mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma tersebut. Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat didik. 

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia perlu dan dapat didik. Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan sebagai kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya dan mencapai tujuan hidupnya.

Penulis : NINA FAJRIYAH CITRA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel