Pengertian Karakter Menurut Ahli

Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Wynne, 1991). Dalam bahasa Inggris, character bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat dan budi pekerti. Oleh karena itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Sementara orang yang berperilaku jujur atau suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter sangat berkaitan erat dengan personality (kepribadian), yang mana seseorang disebut orang yang berkarakter jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.


Pengertian Karakter Menurut Ahli

Lickona (1992) 

Lickona (1992)juga menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral action). Dalam hal moral knowing, terdapat enam hal sebagai tujuan diajarkannya pendidikan moral, yaitu kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai moral (knowing moral values), penerimaan perspektif (perspective taking), alasan tentang moral (moral reasoning), pengambilan keputusan (decision making) dan pemahaman diri (self-knowledge). Sementara dalam moral feeling ada enam aspek emosi yang diharapkan dapat dicapai seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yaitu kesadaran (conscience), harga diri (self-esteem), empati (empathy), menyukai kebaikan (loving the good), kontrol diri (self-control), dan kerendahan hati (humility). Sedangkan moral action merupakan hasil dari dua komponen sebelumnya.

David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) 

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut ”character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

T. Ramli (2003)

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.

Para Pakar Pendidikan

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam : Olah Hati (spiritual and emotional development) Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel