Mengapa Kita Sulit Bernapas (Hipoksia) dan Terkena Hipotermia di Daerah Pegunungan?

Sebelumnya apakah anda pernah mendaki gunung atau anda pernah berkunjung di dataran tinggi? Pastinya seru jika kita mendaki gunung atau berkunjung ke dataran tinggi. Mendaki juga menjadi salah satu olahraga ekstrim atau hobi yang sudah sangat sering atau sudah populer di kalangan remaja mapun orang yang sudah dewasa, bahkan kegiatan ini sudah meramba popularitas di kalangan anak-anak dan kalangan lansia, jadi tak heran kalau kegiatan mendaki ini menjadi salah satu kegiatan favorit di kalangan milenial sekarang.

Mengapa Kita Sulit Bernapas dan Terkena Hipotermia di Daerah Pegunungan? Fairuz Nafis Robbani

Mendaki juga menjadi salah satu olahraga ekstrim atau hobi yang sudah sangat sering atau sudah populer di kalangan remaja mapun orang yang sudah dewasa, bahkan kegiatan ini sudah meramba popularitas di kalangan anak-anak dan kalangan lansia, jadi tak heran kalau kegiatan mendaki ini menjadi salah satu kegiatan favorit di kalangan milenial sekarang.

Selain itu, mendaki ataupun berkunjung ke dataran tinggi bertujuan mencari ketenangan dari kebisingan kota atau sekedar me-refresh otak dari kegiatan kita sehari-hari dengan menikmati pemandangan yang indah atau menikmati udara yang sejuk dengan ditemani secangkir kopi nikmat bukan? Bahkan banyak lagi manfaat dari mendaki gunung atau berkunjung ke dataran tinggi untuk kesehatan maupun faktor lainnya.

Nah, bagi yang suka mendaki atau berkunjung ke dataran tinggi pasti pernah mengalami sesak napas pada saat di ketinggian tertentu yang di dalam medis terkenal dengan nama hipoksia. Saat anda mendaki gunung pasti teman se-grup, rombongan lain, atau anda pernah mendengar atau bahkan pernah mengalami yang namanya hipotermia.

Kedua hal tersebut sering menjadi momok para pendaki atau bagi yang suka berkunjung ke dataran tinggi. Kalau anda pernah mengalami hal-hal di atas atau pernah mendengar hal-hal diatas tapi masih penasaran dengan hal tersebut, yuk! Cari tahu di sini karena kita akan membahas tentang kesulitan bernapas saat anda berada pada ketinggian tertentu dan juga tentang terjadinya hypotermia.

Apa Alasan Kita Kesulitan Bernapas di Pegunungan?

Berdasarkan pengalaman beberapa orang pernah mengalami kejadian ini yaitu, kesulitan bernapas atau dalam istilah medis di kenal dengan sebutan hipoksia. Pengertian  Hipoksia sendiri adalah gejala kondisi di mana tubuh kita kekurangan oksigen akibat perbedaan ketinggian. Hal tersebut juga disebabkan adanya kerusakan pada sistem jantung, pembuluh darah, dan adanya kerusakan pada sistem pernapasan.

Selain itu juga ada faktor seperti di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara dan ruangan yang dipenuhi asap rokok juga bisa menyebabkan hipoksia. Ternyata hipoksia bisa menyebabkan kekurangan pasokan oksigen ke otak sehingga bisa keringat dingin, mual dan lain-lain. Saat parah akan mengakibatkan kematian jaringan dan yang paling fatal adalah terjadinya kematian.

Apa Solusi Untuk Mencegah Hipoksia?

Pendaki yang sudah berpengalaman atau orang yang biasa tinggal di daerah dataran tinggi akan bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut. Namun pada usia lansia efek dari itu akan terasa seperti mudah terkena serangan jantung, mudah terkena penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan pernapasan. Untuk mengatasi hal tersebut saat melakukan pendakian harus membawa oksigen cadangan untuk mengatasi terjadinya hipoksia.

Jadi jika melakukan pendakian atau pergi ke daerah dataran tinggi, maka anda harus menyiapkan fisik dan peralatan yang dibutuhkan pada saat melakukan pendakian. Selain itu sebaiknya merokok dikurangi karena juga bisa menyebabkan hipoksia dan saat membangun rumah berilah ventilasi udara yang cukup.

Mengapa di Dataran Tinggi atau Pegunungan Bisa Terserang Hipotermia?

Sebelum tahu penyebabnya mari kita ketahui apa itu hipotermia. Hipotermia adalah dimana kondisi suhu tubuh kita berada di bawah 35°C. Ketika suhu tubuh di bawah suhu normal yaitu 37°C maka fungsi saraf dan organ tubuh lainnya akan mengalami gangguan dan apabila tidak segera ditangani dengan cepat maka akan mengakibatkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, dan bahkan yang paling fatal adalah bisa menyebabkan kematian.

Selain disebabkan oleh udara dingin hipotermia juga bisa disebabkan oleh terlalu lama mengenakan pakaian basah dan juga tubuh terlalu lama terendam di dalam air. 

Apa Faktor-faktor yang Meningkatkan Resiko Terkenanya Hipotermia?

Ada faktor-faktor yang meningkatkan resiko terkenanya hipotermia sebagai berikut.
  1. UsiaUsia yang terlalu muda seperti anak-anak atau balita dan juga lansia lebih mudah terkena hipotermia karena daya tahan tubuhnya yang lemah.
  2. Kelelahan
    Kelelahan merupaka salah satu faktor yang sering dialami pendaki gunung juga disertai dengan hujan kabut yang membuat pakaiannya menjadi basah dan juga cuaca dingin yang membuat semakin meningkatnya resiko terkena hipotermia.
  3. Konsumsi Alkohol dan NAPZAMengkonsumsi alkohol dan NAPZA juga membuat seseorang terkena hipotermia karena efek dari obat tersebut.

Apa Alternatif Solusi Saat Kita Terserang Hipotermia?

Dari faktor-faktor dan penyebab-penyebab hipotermia di atas ada juga solusi yang tepat saat kita terserang hipotermia terutama pada saat mendaki gunung atau di daerah dataran tinggi yaitu jangan terlalu lama menggunakan pakaian basah dan juga jaga suhu tubuh tetap hangat dengan menggunakan pakaian atau jaket yang tebal, fisik juga harus prima. Jika anda merasa lelah, maka istirahatlah sejenak untuk sekedar meneguk minum atau sekedar nyemil persediaan yang ada. Jika sudah ada yang terkena hipotermia, maka anda dan grup anda harus segera menanganinya berikan pakaian hangat atau ganti pakaian. Jika  pakaiannya basah, maka bawa ke tempat hangat atau ke dalam tenda dan olesi dengan minyak kayu putih atau apa yang membuat tubuh menjadi hangat. Demikian artikel dari saya semoga bermanfaat bagi pembaca, terima kasih.

Penulis: Fairuz Nafis Robbani (S1 Pendidikan IPA UIN Sunan Ampel Surabaya)
Editor: Binar Kurnia Prahani

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel