Ketidakpastian dan Ralat


MATERI KETIDAKPASTIAN DAN RALAT

Ketidakpastian dan Ralat


Pengertian Pengukuran
Mengukur ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang ditetepkan sebagai satuan. Dalam pengukuran anda mungkin menggunakan satu instrumen (alat ukur) atau lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkai instrumen secara benar. Selanjutnya menentukan langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca nilai yang ditunjukkan instrumen secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran X0, melainkan selalu terdapat nilai ketidakpastian.
Ketidakpastian adalah sebutan yang digunakan dengan berbagai cara di sejumlah bidang, termasuk filosofi,  fisika,  statistika,  ekonomikeuanganasuransipsikologisosiologi, teknik, dan ilmu pengetahuan informasi. Ketidakpastian berlaku pada perkiraan masa depan hingga pengukuran fisik yang sudah ada atau yang belum diketahui. Contohnya, jika anda tidak tahu apakah besok hujan, maka anda mengalami ketidakpastian. Bila anda menerapkan kemungkinan ini pada hasil memungkinkan yang menggunakan perkiraan cuaca atau penilaian kemungkinan terkalibrasi, anda telah memperkirakan ketidakpastian.
Ketidakpastian suatu pengukuran adalah faktor yang sangat penting untuk diperhitungkan dalam kegiatan eksperimen, karena hal itu menunjukkan seberapa akurat dan tepat data hasil pengukuran kita terhadap harga yang sebenarnya yang mana terdapat beberapa faktormya sebagai berikut :

KETIDAKPASTIAN SISTEMATIK

1.      Ketidakpastiaan Alat

Kesalahan kalibrasi, kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat, sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran. Kesalahan titik nol, titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.
Cara meralat:
a. Mengkalibrasi skala alat itu sehingga penunjuk angkanya menjadi benar.
b. Mengganti alat itu dengan alat lain yang lebih tinggi ketelitiannya.

2.      Kesalahan Titik Nol

Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.
Cara meralat: Memastikan bahwa skala alat ukur sudah menunjuk ke angka nol sebelum digunakan.

3.      Waktu respon yang tidak tepat

Terjadi akibat dari waktu pengambilan data tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya diinginkan.

4.      Kesalahan Paralaks

Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum. Kondisi yang tidak sesuai terjadi akibat alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi pengukuran yang diinginkan.

KETIDAKPASTIAN RANDOM

Walupun kesalahan sistematis sudah berusaha dihindari, namun masih ada sumber kesalahan lain berasal dari luar sistem dan tak dapat dikuasai sepenuhnya:
    1. Gerak brown molekul udara yang dapat memengaruhi penunjukan alat-alat halus seperti galvanometer.
    2. Fluktuasi tegangan listrik yang tidak teratur yang dapat memengaruhi hasil pengukuran dengan alat-alat ukur listrik.
    3. Landasan (meja, lantai atau dudukan lain) alat yang bergetar akibat lalu lintas atau sumber lain.
    4. Noise atau bising pada rangkaian elektronika.
    5. Latar belakang radiasi kosmos pada pengukuran dengan pencacah radioaktif.
    6. Momen tiap pengukuran yang kita lakukan memang berbeda satu dengan lainnya.
    7. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh alat ukur.
    8. Sumber-sumber ketidakpastian lain yang berkaitan dengan kegiatan pengambilan pengukuran itu sendiri.
KESALAHAN DARI MANUSIA
a.     Kesalahan pembacaan skala ini disebabkan karena salah cara memandang skala atau juga karena kerusakan mata pengamat.
b. Praktikan yang kurang terampil dalam mengoperasikan/membaca alat ukur. Seperti pembacaan yang paralaks, salah dalam perhitungan dll.

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
RIZKA PEBRIANTI
FIKA DINA
KHOIRUN NISA’ 
KIRANA AUREOLA A.
RIDWAN AKBAR N. R.
INDAH W 



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel